06/05/12

Analisis Semiotika iklan Televisi Bank Muammalat

Iklan televisi telah menjadi komoditas masyarakat, kehadirannya bahkan telah menjelma menjadi kekuatan baru yang mampu menyulap khalayak untuk secara sukarela melakukan apa yang diinginkan para produsen.ditengah persaingan bisnis dan semakin cerdasnya konsumen sebuah iklan tidak lagi hanya menjanjikan sesuatu yang bombastis tetapi harus konsisten dan terintegrasi dengan produk dan corporate .untuk itu para kreator iklan memerlukan kreativitas dan ide-ide inovatif sehingga karyanya dapat diterima dengan baik oleh komunikan yang semakin cerdas tadi . Demikian juga dengan bank muammalat. Bisnis perbankan dengan berbasis syariah murni ini merupakan bank pertama yang memelopori konsep syariah.tentunya iklan yang harus ditampilkan adalah iklan yang bernuansa islami. Mengingat konsep syariah berasal dari konsep dalam agama islam. Hampir disetiap iklan Bank muammalat, terlihat jelas para creator iklan berupaya dengan sungguh-sungguh untuk meramu cita rasa bernuansa islami dengan mengangkat image dan potensi unsur-unsur islam . Dengan memanfaatkan unsur islami dan tagline pertama murni syariah sebagai sumber energy kreatif penciptaan karya desain iklan televisi, maka diharapkan keunikan yang dimunculkan akan berbeda dengan competitor lain yang juga menyediakan bank syariah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis iklan Televisi dari Bank Syariah (Muammalat) dengan menggunakan teori semiotika dan mampu menjelaskan makna dibalik strategi kreatif yang dipilih pada wujud iklan televisi tersebut. Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda(sign), berfungsinya tanda dan produksi makna. Tanda adalah sesuatu yang bagi seseorang berarti sesuatu yang lain. Dalam pandangan Zoest, segala sesuatu yang dapat diamati atau dibuat teramati dapat disebut tanda. Karena itu tanda, tidaklah terbatas pada benda. Adanya peristiwa, tidak adanya peristiwa, struktur yang ditemukan dalam sesuatu, suatu kebiasaan, semua ini dapat disebut tanda. Sebuah bendera kecil, sebuah isyarat tangan, sebuah kata, suatu keheningan, suatu kebiasaan makan, sebuah gejala mode, suatu gerak syaraf, peristiwa memerahnya wajah, suatu kesukaan tertentu, letak bintang tertentu, suatu sikap, setangkai bunga, rambut uban,sikap diam membisu, gagap, berbicara cepat, berjalan sempoyongan, menatap, api,bentuk, bersudut tajam, kecepatan, kesabaran, kegilaan, kekhawatiran, kelengahan, semuanya itu dianggap sebagai tanda(Zoest,1993,18) Latar Belakang Masalah Iklan industri perbankan di Indonesia demikian beragam dari iklan perbankan umum hingga yang khusus misalnya mengusung model perbankan bernuansa Agama,seperti bank muammalat dengan berbasis syariah.syariah memiliki makna bagi hasil bagi nasabah perbankan dengan sistim ini maka dunia perbankan lebih mampu bertahan pada saat krisis dibandingkan dengan sistim bunga yang dipengaruhi fluktuasi keuangan dunia (dollar). Dalam beriklan bank muamalat memiliki beberapa versi iklan yang pertama iklan murni syariah kemudian yang kedua iklan yang menggambarkan nasabah merasakan suasana yang aman dan tentram dengan konsep mudarabah. Iklan sebuah bank berbeda dengan produk biasa iklan perbankan lebih bernuansa korporate.mungkin karena sifat industrinya termasuk dalam kategori jasa yang produknya dapat dirasakan oleh konsumen saat bersentuhan dengan corporate dari bank tersebut. Kemunculan Bank Muammalat sendiri sebagai alternatif perbankan saat konsumen atau nasabah yang beragama islam memiliki perdebatan tentang boleh tidaknya konsep bunga bank . Konsep bagi hasil mudarabah dijadikan alternative pemecahan hal tersebut. Asumsinya bank Muammalat dapat menjadi pilihan bagi ummat islam khususnya , seiring dengan perkembangan waktu ternyata jumlah nasabah kelompok muslim tidak sebesar yang diharapkan, justru berdasarkan data yang ada dominan dipilih oleh etnis tionghoa. Jika dikaitkan dengan iklan sebagai bentuk komunikasi perusahaan maka iklan yang dimunculkan versi bersama ini lebih memberikan nuansa hal tersebut.Kajian ini dirasakan semakin menarik manakala didalamnya tercipta sebuah pesan dengan simbol dan makna yang perlu dikaji pada iklan versi bersama ini. iklan Versi bersama ini menggambarkan tidak hanya kelompok muslim tetapi non muslim pun boleh bergabung dengan Bank Muammalat, terkesan lebih multicultural dalam versi iklan ini. (ceritakan kasus actual ) tambahkan dengan wawancara pihak terkait juga data terbaru. Gejala iklan dan gejala nasabah(logikana darip ergeseran iklan dan nasabah apakah pergeseran ini mengikuti, jika mengikuti dalam mengkonetruksi apakah sesuai dengan gejala tadi atau nasbah memaknankan ikln tersebut sejalan dengan pergeseran positioning apakah dimaknai sama dalam hal ini nasabah.ritme dinamika nasabah.apakah nasabah memaknai hal yang sama. Tinjauan Teoritis A. Komunikasi Bisnis Pada dekade ini dunia bisnis baik perusahaan besar maupun kecil, mencari berbagai cara yang lebih tepat untuk berkomunikasi secara efektif dan efesien kepada khalayak sasarannya. Pada saat persaingan menjadi semakin ketat dan pasar dipenuh sesaki oleh berbagai bentuk komunikasi,semua perusahaan ditantang untuk membuat terobosan dalam berkomunikasi untuk meraih khalayak mereka dengan pesan yang menarik dan persuasive. Penyelenggaraan komunikasi dengan pasar atau target market yang dituju tersebut, merupakan suatu hal yang mutlak bagi setiap produsen, sehingga perusahaannya terus maju dan berkembang. Dalam lingkungan bisnis aneka sarana komunikasi yang dapat dipergunakan para produsen atau pengelola bisnis untuk berkomunikasi dengan konsumen.Untuk berkomunikasi dalam lingkup yang terbatas dapat dilakukan dengan pengiriman surat, percakapan telepon, kunjungan pribadi ,menggunakan sarana Below the Line (BTL)misalnya, akan tetapi untuk yang lingkupnya luas dimana calon konsumen jumlahnya mencapai jutaan maka kita memerlukan sarana komunikasi yang mampu mencapai khlayak tersebut yaitu periklanan.Karena periklanan menggunakan media massa sebagai perantaranya maka ia merupakan bagian dari aktivitas komunikasi massa. Terdapat tujuh pilar strategi Komunikasi Bisnis, yakni(Soeganda&Elvinaro,2009;52-54) Pemahaman terhadap proses komunikasi. Harus dapat mengetahui bagaimana menempatkan diri sebagai komunikator, bagaimana menggunakan media, bagaimana menyusun pesan yang terarah, bagaimana memahami komunikan, bagaimana memanfaatkan sumber dan bagaimana mengetahui dan mengevaluasi efek. Pesan inti dalam suatu komunikasi tidak selalu eksplisit, contoh pada iklan rokok. 1. Penggunaan pikiran(good thingking). Komunikasi tidak harus selalu komunikasi massa, kadang-kadang bisa juga kmunikasi persona atau kelompok.Dalam komunikasi sejak awal kita harus sudah berpikir, think before communicate. Good thinking permeates good communications. Sebagai komunikator, kita harus mengontrol proses-proses komunikasidan feeling yang harus diarahkan agar sesuai dengan jalur yang telah ditentukan.Setelah mengontrol feeling kemudian menciptakan logic and scientific thinking lalu createtive thinking . 2. Memahami bahasa. Bahasa merupakan system dari sign,signal dan symbols yng diperlukan untuk berpikir dan mentransfer pikiran dan perasaan. Bahasa yang dipergunakan adapt berbentuk verbal dan non verbal. Meskipun komunikasi dan bahasa bukan sinonim, namun prose komunikasi mustahil tanpa bahasa. Perlu diperhatikan bagaimana menyususn pesan bahasa sedemikian rupa sehingga memudahkan komunikan untuk menerima pesan yang disampaikan.Bahasa yang diperhatikan bukan Cuma bahasa komunikator melainkan jug bahasa komunikan , karena kesalahan penggunaan bahasa dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. 3. Kejelasan pesan (clearness). Pesan dalam komunikasi bisnis haruslah merupakan pesan yang dapat diterima denganbaik dan jelas oleh komunikan.oleh karena itu gunakan kalimat-kalimat yang pendek, singkat dan gambling sehingga menimbulkan persepsi yang berbeda antara komunikator dan komunikan. Hal-hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan kejelasan pesan: 1. Seni menyusun paragraph dan kalimat yang mengutarakan maksud tertentu 2. Pesan harus disusun secara utuh/koheren/masif9padat) dan menekankan pada hal-hal tertentu, diperkuat dengan alat bantu seperti illustrasi. Contoh analogi ataupun definisi. 3. Sususn kalimat yang sederhana, pendek,familiar,konkrit dan kata-kata khusus yang memudahkan untuk dibaca.(readability). Mengurangi distorsi yang terjadi adapt dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut; 1. Reduce interference, kurangi kemungkinan intervensi pesan dengan pengecekan terhadap unsue-unsur komunikasi. 2. Establish feedback, pancing agar adapt tumbuh feedback, karena itu bermanfaat untuk mengarahkan pesan ke efek yang diharapkan. 3. Delifery message directly,disampaikan langsung pada target market sejauh mungkin tidak lagi melalui orang lain. 4. Repead ideas in different words Seringkali satu pesan yang diharapkan dalam kalimat tertentu susah ditangkap komunikan, oleh karenanya ulangilah dengan menggunakan kata-kata yang berbeda agar komunikan adapt memahami betul apa yang disampaikan. 4. Daya persuasi (persuasiveness). Merupakan kebutuhan dasar dari komunikasi bisnis.Seringkali disebutnya salesmanship, karena memiliki kemampauan untuk membujuk.Komunikasi persuasive pesannya harus dipersiapkan dengan: 1.Seleksi bahan-bahan emosional 2. penggunaan bahasa yang menyentuh emosi 3. Moving feeling dan seringkali justru jauhkan logika 5. Kelengkapan pesan (completeness). Sampaikan pesan secara utuh dan lengkap, karena akan berbahaya bagi seorang komunikator dalam dunia bisnis jika ia menyembunyikan sesuatu dari komunikannya.Kelengkapan diperlukan agar komunikasi Clear dan effective. Dengan perkembangan teknologi komunikasi dan computer data dapat semakin banyak terkumpul dan didapatkan. Jangan menahan atau menyembunyikan data atau essential information , sebab akan merusak seluruh Communication network. 6. Keinginan baik (goodwill) Dalam strategi pemasaran social market adalah sesuatu yang sangat penting untuk diperhatikan. Dalam pengertian ini yang kita hadapi bukan hana sekedar manusia, namun jug seluruh masyarakat yang mempunyai nilai-nilai,norma,prasangka dan lain sebagainya, dimana kita harapkan bagian daripadanya. B. Iklan sebagai komunikasi massa Seperti diketahui periklanan mengunakan media massa sebagai alat penyampaian pesannya,maka daya jangkau yang lumayan kuat ini menjadikan media cetak serta elektronik dipilih oleh para pengiklan. dapat dideskripsikan bahwa media elektronik yaitu televise merupakan pilihan dan alternative yang tinggi produsen dibandingkan media lainnya karena kemampuan audio visual sehingga layaknya sebuah fungsi media massa yaitu salah satunya sebagai media hiburan , iklan pun pada sisi yang lain mampu menghibur pemirsanya. Sebagaimana diketahui bahwa komunikasi massa memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Komunikasi massa bersifat umum, yakni pesan yang disampaikan terbuka untuk semua orang 2. Komunikan bersifat heterogen yang meliputi penduduk yang bertempat tinggal dalam kondisi yang berbeda, dengan kebudayaan yang beragam,berasal dari berbagai lapisan masyarakat, mempunai pekerjaan yang berjenis-jenis. 3. Media massa menimbulkan keserempakan, yakni keserempakan kontak dengan sejumlah besar pendudukdalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama laiinnya berada dalam keadaan terpisah 4. Hubungan komunikator dan komunikan bersifat nonpribadi(anonym) dan komunikasi satu arah. Iklan mengisi ruang media baik itu media cetak, media elektronik dan media interaktif,Al Ries dan Laura Ries mencatat bahwa rata-rata media massa khususnya televisi menayangkan sebanyak 273 buah iklan telelvisi perhari. Itu berarti setiap harinya jika durasi iklan itu sekitar 30 detik maka seorang pemirsa telelvisi menonton setara dengan menonton satu film penuh(2003:9). Isi media massa sekarang ini bukan hanya mengetengahkan berita semata tetapi lebih kepada pesan-pesan dagang baik dalam bentuk iklan atau dalam bentuk feature. Sehingga kehadiran iklan dalam industri media tidak bisa dipisahkan begitu saja.Bahkan bisa dikatakan iklan menjadi bagian dari konstruksi isi media massa modern. Media pada dasarnya melakukan konstruksi realitas.Alex sobur mengatakan bahwa pekerjaan media pada hakikatnya adalah mengkonstruksi realitas, isi media menurutnya adalah hasil para pekerja media mengkonstruksikan berbagai realitas yang dipilih(2001:8).Dapat dikatakan pemunculan figure-figur manusia dan visualisasi iklan pada hakikatnya merupakan konstruksi realitas semata yang dilakukan oleh para pembuat iklan sebagai bagian dari proses pengerjaan isi media sendiri.

19/12/08

Periklanan

Periklanan adalah segala bentuk penyajian dan promosi ide, barang, atau jasa secara non-personal oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pem­bayaran

Pengiklan tidak hanya mencakup perusahaan bisnis tetapi juga museum, organisa•: amal, dan lembaga pemerintah yang memasang Iklan untuk berbagai masyaraka: sasaran. Iklan merupakan cara yang efektif-biaya guna menyebarkan pesan, baik untuk membangun preferensi merek bagi Coca-Cola atau untuk mendidik penduduk suatu negara agar menghindari obat-obat terlarang.Organisasi menangani periklanan dengan berbagai cara. Pada perusahaan-per­usahaan kecil, periklanan ditangani oleh seseorang di departemen penjualan atau pemasaran, yang bekerja sama dengan biro periklanan. Perusahaan besar sering mem­bentuk departemen periklanan sendiri, di mana manajernya melapor kepada wakil direktur pemasaran. Tugas departemen periklanan adalah membuat anggaran total; membantu mengembangkan strategi periklanan; menyetujui iklan dan kampanye: serta menangani periklanan melalui surat-langsung, pajangan penyalur, dan bentuk periklanan lain yang biasanya tidak dilakukan oleh biro periklanan. Perusahaan umumnya menggunakan biro periklanan dari luar perusahaan untuk menciptakan membuat kampanye periklanan serta memilih dan membeli media.Dalam mengembangkan program periklanan, manajer pemasaran harus selalu mulai dengan mengidentifikasi pasar sasaran dan motif pembeli. Kemudian mengambil lima keputusan utama dalam pembuatan program periklanan, yang disebut lima M: Mission (misi): Apakah tujuan periklanan? Money (uang): Berapa banyak yang dapat dibelanjakan? Message (pesan): Pesan apa yang harus disampaikan? Media (media): Media apa yang akan digunakan? Measurement (pengukuran): Bagaimana mengevaluasi hasilnya?

sumber: teddykw.wordpress.com

11/12/08

PENGANTAR PERIKLANAN

Periklanan memegang peranan yang cukup penting dan merupakan bagian dari kehidupan industri modern, dan umumnya hanya bisa ditemukan di Negara-negara maju atau Negara-negara yang tengah berkembang.

Kebutuhan akan adanya periklanan berkembang seiring dengan pertumbuhan penduduk dan kota-kota yang dipenuhi oleh banyak toko, restoran dan pusat-pusat perdagangan dan penyedia jasa. Selain itu perkembangan periklanan juga sangat dipengaruhi dengan perkembangan media baik cetak maupun media elektronik.

Periklanan = Bisnis Ide
Periklanan bukanlah bisnis menggambar atau bisnis komputer grafis, Periklanan adalah bisnis ide dan kreatifitas (Roman, Maas & Nisenholtz, 2005) Menggambar hanyalah ekspresi citra yang kita tuangkan sebagai bentuk konsep ide di dalam pikiran namun akarnya tetap ide itu sendiri, menggambar lebih merupakan sarana untuk mencapai tujuan.
Proses mengungkapkan ide dalam bentuk gambar penting dalam periklanan, namun gambar yang bagus dan indah bukan hal yang utama karena kita hanya dituntut untuk dapat menuangkan ide dalam bentuk citra gambar (Lwin & Aitchison. 2005)
Jadi, mampu menggambar dengan baik bukan persyaratan di dunia periklanan. Memiliki naluri dan ide pemasaran yang memungkinkan untuk memadukan sebuah usulan penjualan dan nilai-nilai komersial sebuah gagasan jauh lebih penting.

Periklanan & Kebohongan
Hanya satu tujuan biro iklan membuat iklan, yaitu menjual. Dalam membuat iklan tugas biro iklan adalah “to minimize the weakness and maximize the strength”. Bukan menipu atau membohongi konsumen.

Dalam teknik penyampaian pesan iklan ada yang disebut teknik dramatisasi,teknik ini berbeda dengan kebohongan. Perbedaanya dalam konteks ilmu periklanan adalah (Madjadikara, 2004) :
Kebohongan :
Memberikan informasi tentang sesuatu yang tidak benar dengan maksud menipu dan memperdaya sasaran
Dramatisasi :
Memberikan informasi tentang sesuatu yang benar dengan cara melebih-lebihkan sifat dan keadaannya, dengan maksud untuk menarik perhatian sasaran.
Teknik dramatisasi inilah yang kemudian membuat iklan sering mendapat kritikan (hiperrealitas), padahal dramatisasi inilah sebenarnya hal yang menarik dalam iklan. teknik inilah yang ditunggu dan jadi media penghibur sasaran. Para pemirsa menghendaki agar sebuah iklan itu juga sekaligus dapat menjadi media hiburan, dimana memang diperlukan khayalan visual yang didramatisasi.
Semua jenis media hiburanpun seperi film, sinetron dan drama selalu menggunakan teknik ini, dramatisasi memang harus ada. Tanpa dramatisasi baik iklan, film, sinetron dan drama akan menjadi terasa "kering" dan tidak menghibur.
Selain itu iklan merupakan hasil riset yang mendalam terhadap konsumen, sehingga iklan hanyalah mencerminkan masyarakat bukan bermaksud membentuknya (Lwin & Aitchison. 2005). Konsumen bukanlah mahluk yang tidak mempunyai pikiran dan tidak bebas meskipun ada iklan. Artinya konsumen mengetahui mana yang kebohongan mana yang informasi dalam kemasan dramatis.

Legenda Periklanan Dunia

Leo Burnett
Leo Burnett Agency, Chicago
Mendirikan biro iklan di Chicago. Filosofi biro iklannya adalah “Gapailah ketinggian, karena dengan cara itu kita tidak akan mengejar segenggam lumpur”. Prinsipnya yang paling terkenal adalah “Ide Besar”. Menurutnya setiap kampanye
Harus mengandung ide yang Akan bertahan selama bertahun-tahun dan memisahkannya dengan hal yang lain. Beberapa karya periklanan Burnett bersumber pada nilai-nilai kemanusiaan universal.

Rooser Reeves (1910-1984)
Ted Bates & Co, New York
Tokoh periklanan pada tahun 1950-an di biro iklan Ted Bates New York. Ia menerbitkan buku “Reality in Advertising” di tahun 1961 semasa aktif di Ted Bates dan menjadi best-seller.
Teorinya yang paling terkenal di dalam periklanan adalah USP atau biasa disebut “ Unique Selling Proposition“ dan mengantarkan Rosser Reeves menjadi terkenal di bidang periklanan.
Ia menggambarkan USP di (dalam) tiga komponen yang mengedepankan prinsip dari teknik menjual agresif
Menurutnya tugas iklan adalah memasukkan merek sebanyak mungkin kedalam kotak mental, dengan cara menjual ciri khas dari produk tersebut.

Bill Bernbach (1911-1982)
Doyle Dane Bernbach, New York
" Aku memperingatkan kamu untuk melawan terhadap kepercayaan bahwa iklan adalah suatu ilmu pengetahuan "
Bernbach memimpin revolusi periklanan pada dekade 1960-an dan menjadikannya salah satu kekuatan kreatif paling berpengaruh di dalam sejarah periklanan. Di biro iklan Doyle Dane Bernbach (DDB) New York, ia mempelopori iklan yang dibuat lebih jenaka, lebih cerdas dan kadang sangat tidak sopan.
Ia adalah seorang Adman yang banyak mengilhami orang lain. Setelah kematian Bernbach pada Oktober 1982, prinsipnya berdampak lebih besar pada kultur Amerika dibanding para Adman lain yang telah lahir 133 tahun sebelumnya"
16 tahun kemudian, Dampak Bernbach berlanjut dan tidak berkurang. Ia dianugrahi daftar kehormatan Iklan abad 20 sebagai orang yang paling berpengaruh dalam periklanan. Pengaruhnya masih hidup dan relevan untuk membantu memberi petunjuk untuk industri periklanan sampai abad 21.
Bagi penulis naskah dan pengarah seni muda yang masih berkembang harus mempelajari kampanye klasik Bernbach karena banyak dari apa yang diyakininya telah menjadi “hukum kreatif” bagi orang-orang iklan.
Prinsipnya yang palig terkenal adalah menempatkan iklan sebagai sebuah seni bukan ilmu pengetahuan.
" Iklan bukan suatu ilmu pengetahuan, Iklan adalah bujukan. Dan bujukan adalah suatu seni." – Bill Bernbach

David Ogilvy (1911-1999)
Ogilvy & Mather Worldwide, New York
Ogilvy adalah Adman yang terkenal di dunia. Ia adalah raksasa di dalam bisnis periklanan selain nama besar Bill Bernbach, Leo Burnett, Ted Bates, Rosser Reeves dan raksasa periklanan lain dalam bisnis itu.
Pesaingnya Ed Ney, yang memimpin Young & Rubicam mengatakan:
"Ia mahluk cerdas yang sangat Kompetitif. Ia membawa gaya kepada bisnis periklanan. Bernbach OK, tetapi David adalah terbaik dari yang terbaik"
Di tahun 1975, dia disebut sebagai "ahli sihir yang paling dicari di dalam industri periklanan."
David menjadikan bisnis periklanan sangat menarik dan mengundang banyak orang cerdas kedalamnya. Bukunya Confessions of an Advertising Man adalah buku paling laris yang diterbitkannya di tahun 1962, dan diterbitkan kembali di inggris lebih dari 40 tahun kemudian. Buku itu telah mempengaruhi pandangan dari banyak orang tentang bisnis periklanan.
Pendiri biro iklan Ogilvy & Mather ini filosofinya banyak didasarkan pada hasil riset. Prinsipnya yang paling kontroversial dan jadi perdebatan adalah “tidak seorangpun akan membeli sesuatu dari seorang pelawak atau komedian dan bahwa tulisan putih di atas latar belakang hitam akan sulit dibaca”.
Namun prinsipnya bahwa “konsumen itu bukan orang yang bodoh, ia adalah istri anda” merupakan prinsip yang sulit terbantahkan.

John Hegarty
Bartle Bogle Hegarty, New York
Menciptakan kampanye iklan legendaris : levis, lego, audi
John yang bertubuh mungil dan ceking, bersama teman-temannya mendirikan BBH di tahun 1982 dan semenjak saat itu merebut serangkaian penghargaan kreatif
Menurutnya untuk membuat iklan yang baik craftsmanship merupakan hal yang penting karena saat ini kita hidup di budaya visual. Orang lebih peduli pada pencitraan dibanding masa sebelumnya. Cara kita berbusana, dalam hal yang kita kerjakan, bahkan makan. Semuanya bersifat visually driven. Orang mengambil keputusan berdasarkan visual.
pakar periklanan Amerika ini juga menyebutkan, globalisasi membuat produk-produk memiliki kualitas yang hampir serupa. Sekarang industri lebih banyak bersaing dengan menyentuh emosi dan gengsi konsumen. Hegarty mengatakan, saat ini konsumen membeli barang bukan karena keunggulannya tapi karena produk tersebut membuat sang konsumen percaya, merasa yakin, dan jatuh cinta. Itulah yang disebut dengan Emotional Selling Proposition (www.pertamina.com/indonesia/head_office)

Jean Marie Dru
TBWA Worldwide
Disturbtion adalah pendekatan revolusioner terhadap periklanan yang dikembangkan oleh Jean Marie Dru dari biro iklan TBWA Worldwide. Ia mengatakan jika perusahaan tidak menciptakan perubahan maka perubahanlah yang akan menciptakan mereka. Dru percaya bahwa iklan harus mengganggu kenormalan yang dapat diprediksi, sehingga dapat masuk ke dalam koteks yang sama sekali baru

Jay Chiat
Chiat/Day, California
Pendiri biro iklan Chiat/Day yang sangat berpengaruh di California, dan berhasil mengangkat derajat biro iklan yang tidak berlokasi di Madison Avenue.
Jay adalah sosok yang mempesona, menghebohkan dan memiliki daya juang tinggi. Salah satu ungkapannya yang terkenal adalah “How big can we get, before we get bad ?”.

Iklan dan Pemasaran
Periklanan dan pemasaran adalah dua hal yang sangat sulit untuk dipisahkan, keduanya saling berkait antara satu dengan yang lain. Iklan tidak pernah lepas dari kegiatan pemasaran (widyatama, 2005) Iklan merupakan bagian dari bauran promosi, promosi sendiri merupakan salah satu elemen dari bauran pemasaran ( 4 P ). Namun yang harus diingat bahwa sebuah kampanye pemasaran tidak bisa “hanya” mengandalkan periklanan.
Dalam sebuah kolom di majalah Cakram yang ditulis Finala Abiyadi, disebutkan bahwa di antara fungsi empat "P", product, price, packaging, dan promotion, yang masing-masing memegang seperempat bagian dalam sebuah industri, iklan memiliki seperempat bagian di wilayah promosi.

Dari seperempat bagian tersebut, iklan juga masih harus berbagi dengan kampanye lini bawah, kehumasan dan lainnya. Sehingga setelah ditotal oleh Finala, fungsi iklan hanyalah seperenambelas. Dapat dikatakan bahwa iklan hanya memiliki nilai seperenambelas dari sebuah kegiatan pemasaran. Maka artinya sukses atau tidaknya sebuah produk tidak bisa hanya di tentukan oleh periklanan

Biro Iklan
Dalam lembaga periklanan hampir semua pekerja di biro-biro iklan bekerja atas dasar kontrak bagi organisasi atau perusahaan lain. Perusahaan besar biasanya memiliki unit periklanan sendiri, namun fungsinya biasanya terbatas, dalam urusan periklanan besar biasanya akan memakai jasa biro iklan eksternal.

Secara umum biro iklan yang memberikan jasa full service advertising dapat dibagi dalam empat fungsi (widyatama, 2005), yaitu :

1. Merancang Strategi Iklan
Yaitu membuat perencanaan dari tahapan :
- Pembuatan strategi periklanan
Pada tahapan ini peran dari klien sangat dibutuhkan, karena marketing brief yang dibuat oleh klien yang berisi informasi dan situasi pasar harus lengkap dan dapat dipahami oleh agensi. Sehingga pihak biro iklan dapat merangkumnya dalam creative brief untuk acuan bagi tim kreatif dalam menentukan kreatifitas periklanan
- menentukan pesan periklanan
Kecenderungan client adalah ingin memasukkan sebanyak mungkin pesan. Pihak agency biasanya akan berdalih bahwa komunikasi yang bagus itu adalah yang single message. Terutama untuk produk paritas dengan USP yang notabene sama dengan produk kompetitor
- menentukan kreatifitas periklanan
hingga merencanakan atau mendesain bagaimana isi dan strategi penyampaian pesan
bagaimana ilustrasi dan bentuk iklan yang akan dibuat, untuk siapa saja iklan tersebut akan disampaikan, dan di media mana saja iklan tersebut akan dipasang

2. Memproduksi Iklan
Fungsi ini merupakan kelanjutan dari fungsi perencanaan, yaitu mengkongkritkan perencanaan iklan dalam bentuk nyata. Namun bisa saja terjadi, perencanaan disusun oleh pihak lain sementara biro iklan hanya memproduksi saja berdasarkan perencanaan yang telah dibuat.

3. Menyeleksi Media
Fungsi biro iklan yang lain adalah menyeleksi media yang digunakan. Dalam dunia periklanan media merupakan faktor yang cukup vital dalam menentukan keberhasilan iklan. Oleh karena itu biro iklan sangat berhati-hati dalam penyeleksian media tersebut.

4. Menempatkan Iklan
Setelah alternatif media telah dipilih, maka langkah selanjutnya adalah proses penempatan iklan. Penempatan iklan yang dimaksud adalah penyerahan materi iklan pada media yang telah dipilih.

Karir Kreatif Periklanan
Sebenarnya ada dua rute yang bisa diambil untuk masuk ke sebuah agensi. Yang pertama sebagai seorang Pengarah Seni (Art Director) atau sebagai seorang Penulis Naskah (Copywriter). Kedua jabatan itu sebenarnya pada akhirnya akan melebur karena tuntutan pekerjaan. Seorang pengarah seni harus bisa bermain dengan kata-kata dan begitu juga sebaliknya, seorang penulis naskah harus bisa berpikir secara visual. Sehingga konsep yang dikeluarkan akan menjadi lebih matang. Kedua bidang diatas ada sebenarnya untuk membagi tugas dan sebuah karya yang menggabungkan dua pikiran akan menjadi lebih baik.

Pengarah Seni
Satu rahasia terbesar dalam dunia periklanan: Anda tidak harus bisa menggambar untuk menjadi seorang pengarah seni. Seperti telah dijelaskan di atas bahwa periklanan adalah bisnis ide. Untuk masuk ke bidang ini, hal yang paling utama adalah mempunyai cita rasa visual yang tinggi. Sebuah bidang karya yang secara visual berantakan akan merusak sebuah konsep yang kuat. Oleh karena itulah seorang pengarah seni diperlukan. Untuk mengemas sebuah dagangan sehingga konsumen mau membelinya. Bagaimana caranya memperoleh hal tersebut?
Secara akademis, ada beberapa jalan yang bisa diambil untuk mengasahnya. Desain Grafis adalah pilihan yang paling umum. Disitu kita dapat mempelajari teknik-teknik dasar grafis yang akan membantu kita untuk memperindah karya mulai dari tipografi, teori warna hingga komunikasi visual.Pilihan lain adalah Fotografi. Seorang pengarah seni yang baik adalah seseorang yang mempunyai mata yang tajam secara visual. Dia harus tahu teknik pencahayaan yang baik, tata letak yang rapi (ataupun yang berantakan) dan tentunya bagaimana menggabungkan semua elemen visual dalam sebuah karya.Mungkin itulah yang mengharuskan seorang pengarah seni untuk menguasai minimal kedua bidang diatas. Dan dia juga harus sangat rewel. Dalam arti kata, sewaktu membuat sebuah karya, dia harus sangat teliti dalam setiap detilnya. Heading, kerning, leading dan ing-ing lainnya. Itulah yang membuatnya bekerja semalaman sementara si penulis naskah tidur di sofa ruang televisi lantai tiga.

Penulis Naskah
Jalan untuk menjadi seorang penulis relatif lebih mudah karena bidang ini lebih banyak didominasi oleh kecintaan seseorang untuk menulis. bisa saja kuliah di jurusan Pertanian, tapi seorang penulis amatir yang gemar menelan semua jenis karya tulis. Kemungkinan besar akan bisa menjadi seorang penulis. Semudah itukah? Tentu saja Tidak.
Karena penulis naskah diharuskan untuk berbicara ke beberapa juta konsumen dengan bahasa dan jargon mereka masing-masing sesuai dengan ciri khas mereka. membuat sebuah cerita mengenai sebuah produk sehingga konsumen merasa terpanggil, simpati dan pada akhirnya ingin mencobanya.Akhir-akhir ini, banyak penulis naskah yang tidak terlalu mengindahkan gaya tulisan mereka. Mungkin karena trend sekarang sudah sedikit mengecilkan peran mereka sebagai penulis, karena banyak iklan-iklan yang keluar sekarang tidak memuat banyak tulisan. Tapi sebuah karya tulis yang indah tidak akan bisa membuat seseorang menjadi bosan begitu membacanya. Setiap paragraf mengundang pembaca untuk terus berjalan menuju paragraf berikutnya, sampai pada akhirnya pembaca sampai ke tujuan akhir dan tersenyum puas.Itulah yang seharusnya seorang penulis naskah cari dalam membuat karyanya.
Membawa pembaca dalam ruang imajinasinya dan membiarkannya bergerak leluasa. Tidak gampang. Sangat susah. Tapi menantang. Dan jangan pernah takut diancam oleh seorang pengarah seni untuk memperpendek sebuah tulisan.


REFERENSI

Buku
-Roman, Kenerth, Jane Maas & Martin Nisenholtz (2005)
How To Advertise, Membangun Merek dan Bisnis dalam Dunia Pemasaran Baru, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.
-Lwin, May and Jim Aitchison (2005). Clueless in Advertising, Bhuana Ilmu Populer, Jakarta
-Madjadikara, Agus S (2004). Bagaimana Biro Iklan Memproduksi Iklan ? PT. Gramedia Pustaka, Jakarta
-Widyatama, Rendra (2005). Pengantar Periklanan.
Buana Pustaka Indonesia. Jakarta

Situs
- www.pertamina.com/indonesia/head_office

Majalah
- CAKRAM


Sumber : www.jackvisual.blogspot.com


09/12/08

Merayu Khalayak Dengan Promosi

Indonesia tergolong jago dalam menabur pesan untuk khalayak. "Oleh dunia internasional, kita dinyatakan paling berhasil dan berpengalaman dalam social marketing," kata Nuradi, pemimpin biro iklan Intervista.

Pernyataan tokoh periklanan Indonesia ini cukup mengejutkan sebaian besar peserta Seminar Periklanan Indonesia II, yang diselenggarakan majalah TEMPO, pekan lampau.

Tapi social marketing, promosi yang juga bersifat penyuluhan, itu bukannya tak menemukan rintangan selama ini. Langkanya media dan rendahnya jangkauan serta pengaruhnya terhadap masyarakat muncul sebagai hambatan. Padahal, pesan-pesan seperti ORT (Oral Rehydration Therapy) penanggulangan serangan diare secara darurat, ataupun manfaat air susu ibu dan masalah gizi, teramat penting bagi kesehatan anak-anak. Kini 16% penduduk Indonesia adalah anakanak di bawah usia lima tahun.

Walaupun social marketing seperti yang dilakukan Intervista ini mendapat pujian dari Orsanisasi Kesehatan Dunia (WHO), anggaran yang dikerahkan untuk ltu sebetulnya sangat mlnim. Tahun lampau, misalnya, untuk kampanye jenis ini - yang dikategorikan sebagai Iklan pemermtah - hanya disediakan biaya Rp 3 milyar. Itu, menurut Nuradi, cuma 1,7% dari omset periklanan Indonesia yang diperkirakan mencapai Rp 176 milyar pada tahun yang sama. "Untuk kampanye KB hanya disediakan Rp 300 juta," kata lulusan Universitas Harvard, AS, yang pernah mempelajari periklanan di Prancis dan Inggris itu, "angka ini sangat kecil dibandingkan dengan biaya promosi yang disediakan pabrik rokok ataupun minuman ringan."

Seminar periklanan ini adalah forum kedua yang diselenggarakan TEMPO. Yang pertama diadakan pada 1972. Dihadiri sekitar 50 peserta praktisi periklanan, penerbitan pers, ilmuwan, wakil PWI, SPS, YLK, dan Departemen Penerangan - seminar dua hari pekan silam itu diadakan di Hotel Hyatt Aryaduta, Jakarta. Forum ini berpendapat, untuk menghadapi tantangan masa depan, perlu dirumuskan posisi periklanan Indonesia masa kini. Struktur dan kebijaksanaan pokok periklanan dipandang perlu dibicarakan terlebih dulu, karena ia, kendati hal yang sekunder, sebenarnya subordinated terhadap struktur yang ada.

Dirjen PPG Deppen, Sukarno S.H. menyatakan kepada para peserta bahwa kebijaksanaan pemerintah untuk periklanan tetap meneruskan yang sudah digariskan selama ini. Perusahaan periklanan, yang kini diakui sebagai "keluarga pers", dalam Dewan Pers yang dilantik Mei lalu menempatkan seorang wakilnya. Tapi hingga kini tampak tak ada persyaratan elas yang harus dipenuhi untuk bergerak di bidang ini. "Sekarang, paling tidak terdapat 150 sampai 200 perusahaan periklanan" kata Kenneth T. Sudarto dari Matari Advertising.

Selain itu, juga ada belasan perusahaan periklanan multinasional dan transnasional yang beroperasi di sini. Padahal, jumlah anggota Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI) konon belum sampai 40.

Berbicara sebagai wakil media, Jakob Oetama, pemimpin umum dan pemimpin redaksi Kompas, mengingatkan peserta bahwa dalam masa ekonomi surut sekarang yang harus disadari adalah kenyataan tentang jumlah pemasang iklan yang terbatas dan tertentu saja. "Mereka ini adalah orang yang punya disiplin kuat dalam pemikiran ekonomi," kata Jakob. Karena itu, peningkatan jumlah biro iklan di masa surut seperti sekarang, katanya, sangat mungkin menimbulkan masalah dalam ketaatan terhadap "aturan main".

Walau Jakob menyebut dalam enam bulan pertama 1984 terlihat penurunan dalam periklanan, salah satu kertas kerja task force PPPI, Agustus lalu menyajikan angka-angka peningkatan. Omset yang pada 1978 hanya Rp 86 milyar melonjak menjadi Rp 176 milyar pada tahun 1983. Diperkirakan angka tersebut, tahun ini, akan jadi Rp 179,5 milyar. Di Indonesia kini terdapat 590 stasiun pemancar radio siaran swasta niaga dan 267 penerbitan pers.

"Kini", kata Ken Sudarto, "trend persaingan begitu mantap, hingga diperkirakan akan mengubah wajah industri periklanan modern Indonesia pada tahun 80-an ini." Di arena persaingan itu sekarang muncul pula pendatang baru yang langsung sudah punya captive client, yaitu anggota kelompok perusahaannya sendiri dan relasirelasi dekat "Kita harus mengubah diri dan memingkatkan pelayanan,' kata Sudarto tentang strategi untuk bersaing.

Karena itu pula seminar ini mehhat pentingnya memperbaiki hubunan biro iklan dengan pengiklan, danmengharapkan kesempatan lebih besar bagi biro itu untuk terlibat langsung dalam menyusun siasat pemasaran bersama kliennya. Pemimpin PT Multi Bintang, Tanri Abeng, juga berpendapat seperti itu. "Agency yang profesional," katanya, "harus bisa berperan sebagal pengatur strategi pemasaran."

Tapi beberapa masalah lain tampaknya harus diselesaikan terlebih dulu. Tolok ukur dalam membicarakan masalah periklanan, menurut forum ini, belumlah jelas. Ia timbul karena kekeliruan informasi, tapi berakibat tidak mendukung pertumbuhan industri periklanan. Juga dilihat pentingnya kerja sama antara berbagal instansi, terutama untuk iklan pelayanan sosial. Partisipasi masyarakat - yang bercorak paternalistis perlu digairahkan disertai rasa tanggung jawab, lewat kelompok yang dapat jadi panutan.

Untuk memasarkan produk dalam negeri, misalnya, menurut Menteri Muda UPPPDN, Ginandjar Kartasasmita, "Kampanyenya hendaknya dapat mengubah sikap masyarakat dan menyentuh hati nurani."

Forum ini sepakat segera akan membentuk badan yang mewadahi aspirasi dan upaya iklan layanan masyarakat, agar lebih terarah dan kongkret. Badan ini akan menghimpun unsur biro iklan, pengiklan, media dan pemerintah.

sumber: tempo

PERIKLANAN INDONESIA 1744 - 1984

Periklanan Tahun 1960 - 1972
Pada periode ini, perkembangan dunia usaha sudah jauh berbeda dengan situasi zaman kolonial.

Organisasi dan pengelolaan perusahaan-perusahaan yang semula kecil dan sederhana, telah berkembang menjadi besar dan kompleks. Termasuk yang terdapat pada perusahaan-perusahaan periklanan. Telah mulai pula diakui peran dan fungsinya sebagai kepanjangan (extension) dari bagian Pemasaran di perusahaan-perusahaan pengiklan. Bahkan seorang praktisi Pemasaran berani menyatakan, bahwa sukses (baca: efisien dan menguntungkan) pengelolaan suatu perusahaan besar dalam iklim ekonomi saat itu, meletakkan manajemen periklanan sebagai pemegang tanggung jawab terberat. (64) Bahwa dengan menajemen periklanan yang baik, sebuah perusahaan akan mampu beradaptasi lebih jauh ke depan. Karena manajemen periklanan membuat perusahaan bukan saja akan menguasai perencanaan dan organisasinya, namun juga pelaksanaan tugas dan pengendaliannya.
AWAL ORDE BARU
Sementara itu, perusahaan-perusahaan periklanan lainnya pun mulai berkembang. Beberapa perusahaan baru yang cukup besar ikut pula meramaikan periklanan di Indonesia. Produk-produk impor meskipun tidak cukup banyak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang meningkat, tetapi masih lebih banyak dibandingkan situasi sebelum tahin 1960.
Situasi ini tidak bertahan lama, karena sejak tahun 1963 perekonomian Indonesia ternyata semakin parah. Produk-produk impor pun menurun tajam terjadinya konfrontasi politik dengan negara-negara industri utama saat itu, khususnya dengan negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Konfrontasi ini berdampak langsung terhadap perekonomian negara. Hutang luar negeri relatif sangat tinggi dan inflasi pun merajalela hingga ke puncaknya ketika mencapai sekitar 65%. Dalam situasi seperti itu, tentu sulit bagi sesuatu perusahaan untuk dapat berkembang. Begitu pula yang terjadi dengan perusahaan-perusahaan periklanan. Kalau terjadi peningkatan, namun dengan situasi moneter yang sangat buruk, tentu saja setiap perkembangan yang terjadi di suatu perusahaan menjadi semu sifatnya. Situasi ini berjalan terus hingga tahin 1966, awal munculnya pemerintah Orde Baru di bawah pimpinan Jenderal Soeharto.
PERINTIS PERIKLANAN MODERN
Orde Baru ternyata cukup sigap mengembalikan kestabilan politik dan ekonomi dalam negeri. Selain berupaya keras mengendalikan inflasi, Pemerintah juga membuka peluang sebesar-besarnya bagi investasi baru. Konfrontasi dengan negara-negara liberal pun lambat-laun dihapuskan dan membuka lagi peluang bagi perdagangan luar-negeri yang lebih terbuka dan dinamis. Lebih lagi setelah Undang-undang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) disahkan, telah sangat merangsang investasi dalam negeri dan menjamin adanya kepastian berusaha.
Di tahun 1967, tahun yang sama dengan dikeluarkannya Undang-undang PMDN tersebut, di Jakarta lahir perusahaan periklanan InterVisa Ltd. Inc., yang didirikan dan dikelola oleh Nuradi. InterVisa dianggap sebagai perintis periklanan modern di Indonesia. InterVisa pula yang dianggap menjadi perusahaan periklanan pertama yang beroperasi dalam kapasitas pelayanan periklanan menyeluruh (full service advertising agency).
Setahun setelah diundangkannya Undang-undang PMDN, dikeluarkan pula Undang-undang Penanaman Modal Asing (PMA) yang mengatur tata cara penanaman modal asing di Indonesia. Undang-undang ini bukan saja memberi jiwa keterbukaan pada masuknya modal asing, tetapi juga telah lebih merangsang lagi peningkatan investasi di Indonesia. Undang-undang PMA ini bahkan memberi dampak langsung pada peningkatan tajam bisnis periklanan. Investasi oleh para pemodal asing rupanya membawa konsekuensi lain bagi periklanan. Para pemodal ini yang umumnya sudah terbiasa dengan sistem perekonomian dan perdagangan liberal, rupanya menuntut adanya pula sarana promosi dan periklanan yang baik di Indonesia.
Para praktisi periklanan umumnya berpendapat ada hubungan langsung antara aspek -aspek investasi,dan periklanan dalam arti yang luas. Karena itu, tuntutan para investor asing ini tentu saja wajar untuk mengamankan investasi mereka,dengan meningkatkan efisiensi produksi(mencapai tingkat skala ekonomi tertentu ) dan dengan dukungan promosi dan periklanan menjamin tercapainya sasaran-sasaran pemasara barang atau jasa yang mereka hasilkan. (Penyusun).
Sebagai perusahaan periklanan modern. InterVisa juga tercatat aktif dalam membantu kampanye-kampanye pemasaran sosial ( social marketing ) atau periklanan layanan masyarakat (public service advertising). Kampanye-kampanye ini merupakan sesuatu ayng baru bagi masyarakat Indonesia di masa itu.
Salah satu karya besar InterVisa yang bahkan tetap digunakan hingga saat ini adalah Kartu Menuju Sehat. Sebuah petunjuk sangat praktis bagi para ibu untuk memeriksa dan merawat kesehatan bayinya.
Munculnya InterVisa rupanya menjadi katalis bagi lahirnya banyak lagi perusahaan periklanan modern di Indonesia. Bahkan tahun 1969 berdiri pula Benson SH Ltd., perusahaan periklanan pertama yang berafiliasi dengan perusahaan periklanan asing di Indonesia. Perusahaan periklanan ini tadinya sekedar merupakan afilasi dari perusahaan yang sama di Singapura, tetapi kemudian dikembangkan menjadi afiliasi langsung dengan perusahaan periklanan induknya di New York dan berubah nama menjadi Ogilvy Benson & Mather Indonesia. Selanjutnya karena ada peraturan yang tidak mengizinkan perusahaan periklanan asing Indonesia, perusahaan ini mengubah statusnya menjadi perusahaan Indonesia, sekaligus mengganti namanya menjadi PT Indo Ad .

Sumber : www.pppi.or.id


Sejarah Periklanan

Sebuah tulisan untuk mengapresiasi karya yang jarang mendapat perhatian saya..iklan

Metode iklan pertama yang dilakukan oleh manusia sangat sederhana. Pemilik barang yang ingin menjual barangnya akan berteriak di gerbang kota menawarkan barangnya pada pengunjung yang masuk ke kota tersebut. Iklan tulis mulai dikenal pada jaman Yunani Kuno, berisi tentang budak-budak yang lari dari majikannya atau memberitahu akan berlangsungnya pertandingan gladiator. Iklan pada jaman ini hanya berupa surat edaran. Beberapa waktu kemudian mulai muncul metode iklan dengan tulisan tangan dan dicetak di kertas besar yang berkembang di Inggris.

Iklan pertama yang dicetak di Inggris ditemukan pada Imperial Intelligencer Maret 1648. Sampai tahun 1850an, di Eropa iklan belum sepenuhnya dimuat di suratkabar. Kebanyakan masih berupa pamflet, leaflet, dan brosur. Iklan majalah pertama muncul dalam majalah Harper tahun 1864. Pada masa-masa itu, periklanan berkembang seiring perkembangan pers yang juga ditandai berkembangnya perusahaan periklanan dengan fungsi sederhana. Pada abad ke-18, beberapa toko di Eropa mulai berfungsi sebagai agen yang mengumpulkan iklan untuk suratkabar. Pada abad ke-19 mulai dikenal pembelian ruang iklan melalui agen perseorangan (menyalurkan lagi ke perusahaan periklanan). Setelah 1880an, perusahaan periklanan meningkatkan fungsi dengan menawarkan konsultasi dan jasa periklanan lain. Pada peralihan menuju abad ke-20, sistem manajemen periklanan modern seperti posisi manajer iklan mulai diterapkan.Periklanan di Indonesia

RTS Masli dalam pengantar buku Reka Reklame menjelaskan bahwa iklan pertama di Indonesia hanya berupa sebuah pengumuman mengenai kedatangan kapal dagang Bataviaasche Nouvelles tahun 1744. Pemanfaatan iklan menunjang pemasarannya antara lain dilakukan oleh surat kabar Bientang Timoor dengan iklan yang berbunyi: “Siapa siapa njang biasa trima soerat kabar bernama Bientang Timoor soeka diteroeskan ini taon 1865, dikasi taoe njang oewangnja itoe soerat kabar, harganja f.15, - bole lekas dikirimkan sama njang kloewarken itoe soratkabar”

Pertumbuhan iklan di Indonesia sangat dipengaruhi oleh modal swasta di sektor perkebunan dan pertambangan pada tahun 1870. Pada jaman ini, beredar iklan brosur untuk pertama kalinya. Iklan tersebut berisi promosi perusahaan komersial. Selain brosur, digunakan pula iklan display.Pada awal abad 20, biro reklame mulai bermunculan walau tidak bertahan lama karena masalah perekonomian. Biro reklame pada masa itu dapat dikelompokkan dalam kategori besar (biasanya dimiliki oleh orang Belanda), menengah, dan kecil (dimiliki oleh orang Tionghoa dan bumiputera). Biro reklame Indonesia kembali bangkit sekitar 1930-1942. Iklan yang dikeluarkan semakin beragam ( pencarian kerja, pernikahan, kematian, serta perjalanan). Iklan juga sempat menjadi sarana propaganda Jepang di Indonesia. Berbagai poster dan selebaran mengkampanyekan Jepang sebagai “Pelindung, Cahaya, dan Pemimpin”.

Namun, pada masa itu tetap banyak iklan lain seperti pasta gigi, batik, tawaran kursus dan tak ketinggalan iklan bioskop yang menayangkan film Jepang. Pasca kemerdekaan, muncul iklan himbauan untuk menyumbangkan dana bagi kepentingan perjuangan, pertahanan kemerdekaan, pembangunan atau perbaikan sekolah dan mengaktifkan BPKKP. Iklan ini tercatat sebagai iklan layanan masyarakat pertama dalam sejarah periklanan Indonesia.

Pada tahun 1963, berdiri perusahaan periklanan InterVista Ltd yang dikelola (sekaligus didirikan) oleh Nuradi, mantan diplomat yang pernah bekerja di perusahaan periklanan SH Benson cabang Singapura. Perusahaan ini dianggap sebagai perintis periklanan modern di Indonesia dengan pelayanan menyeluruh seperti media planning, account management, riset, dan bidang lain.Saat ini, berbagai perusahaan periklanan di Indonesia tergabung dalam suatu asosiasi yaitu PPPI. Asosiasi perusahaan periklanan ini terwakili pula dalam keanggotaan Dewan Pers yang secara resmi dituangkan dalam UU No. 4 Tahun 1967.

Sumber: http://www.users.muohio.eduPersatuan Perusahaan Periklanan Indonesia. (2004). Reka Reklame, Sejarah Periklanan Indonesia 1744 – 1984. Yogyakarta: Galangpress. http://halamansatu.net

Sukses Menjual Kreativitas

Gunadi Sugiharso, Chairman dan CEO LOWE:
Sukses Menjual Kreativitas

Sebelum berubah menjadi LOWE pada Februari 2002, perusahaan iklan papan atas ini dikenal dengan nama Citra Lintas. Kalangan yang mengenal dan berhubungan dengan Citra Lintas, pasti akan mengakui keunggulan perusahaan ini dalam hal kreativitas. Oleh karena kreativitaslah, Citra Lintas bisa memimpin perolehan belanja iklan beberapa tahun terakhir. ”Kami akan terus kreatif,” kata Gunadi Sugiharso, Chairman dan CEO Citra Lintas yang kini berganti nama LOWE.

Menurut Gunadi, yang lahir di Pekalongan, 31 Desember 1944, LOWE merupakan perusahaan iklan yang didirikan oleh Sir Frank Lowe di Inggris pada 1981. Nama perusahaan iklan itu diambil dari namanya dan dikenal luas dengan nama LOWE & Partners.
Hanya dalam waktu singkat, perusahaan ini telah berkembang pesat dan terkenal karena kreativitasnya. Ini dibuktikan dengan diraihnya sejumlah penghargaan atas krativitas iklan yang dibuatnya. Penghargaan paling bergengsi adalah ketika LOWE memenangkan Grand Prix Award secara berturut-turut pada 1999 dan 2000 festival iklan sedunia di Cannes, Prancis.

Dari Lintas ke LOWE
LOWE & Partners telah menjadi perusahaan iklan kaliber internasional ketika bergabung dengan Interpublic Group of Companies, suatu perusahaan publik di Amerika Serikat, yang memfokuskan dirinya pada bidang komunikasi pemasaran. Perusahaan iklan kaliber internasional yang tergabung dalam grup ini antara lain McCann, Erickson, FCB, Amiratis Puris Lintas, Initiative Media, Draft, dan Zipatoni.
Pada 1999, Interpublic yang berpusat di Amerika melihat potensi yang besar jika Ammirati Puris Lintas digabungkan dengan LOWE & Partners. Penggabungan kedua perusahaan tersebut menjadi Lowe Lintas & Partners. Namun akhir 2001, para pendiri perusahaan memperoleh gagasan untuk meluncurkan nama baru yang lebih efisien dan gampang diingat: LOWE.

Iklan Favorit: Geng Hijau
Untuk mengetahui apa saja produk perusahaan iklan ini barangkali bisa dijelaskan seperti ini. Kalau kita senang menonton program acara televisi seperti RCTI, SCTV, atau INDOSIAR, kita akan menyaksikan film iklan Pepsodent yang menceritakan tentang dua anak yang suka menikmati permen favorit, terutama saat jauh dari pengawasan ibunya.
Mereka tahu hal itu tidak baik untuk gigi mereka dan mereka juga menyadari betapa khawatirnya si ibu akan apa yang mereka makan, saat mereka berada di luar pengawasan ibu. Naluri seorang ibu untuk melindungi, menjadi pengawas dari kebiasaan makan agar kesehatan mulut tetap terjaga.
Kenyataan ini digambarkan dengan baik dalam iklan Pepsodent. Iklan yang didukung bintang cilik Tasya cukup populer. Iklan Pepsodent memiliki beberapa seri cerita dan cukup menarik untuk ditonton.
Iklan favorit lain adalah iklan rokok Sampoerna Hijau, suatu produk rokok yang pangsa pasarnya sedang menurun. Iklannya semula tidak memiliki fokus dan tidak menarik. LOWE berhasil menggambarkan suatu kebersamaan dan kesederhanaan pada Geng Hijau. Kalau dibandingkan dengan iklan rokok lain yang menonjolkan pria yang kuat dan pahlawan dalam situasi yang tidak masuk akal.
Menurut data dari Sampoerna, omset penjualan rokoknya meningkat tajam setelah pemuatan iklan Gang Hijau di berbagai media televisi.
Film-film iklan yang diproduksi LOWE memiliki ciri khusus, yaitu pada kreativitasnya. Pemirsa televisi yang biasanya akan berganti saluran jika terjadi break iklan, justru untuk iklan Pepsodent dan Sampoerna Hijau, mereka akan menyaksikan terus. Iklannya memberikan suguhan humor yang sederhana.

Mentalitas Kreatif
Ada cerita menarik ketika Lintas akan berganti nama LOWE. Ini terjadi akhir Februari 2002 lalu. Untuk membuat acara pergantian Lintas ke LOWE, manajemen menyusun suatu acara yang unik. Yang tahu dan menyusun acara unik ini hanya sekitar 8 orang.
Pada suatu hari, 25 Februari 2002, karyawan disuruh kumpul di kantor LOWE di kawasan Blok M, Jakarta Selatan. Berita yang disebarkan melalui SMS singkat saja. Karyawan harap berkumpul pukul delapan pagi karena di kantor ada masalah.
”Ini berita yang mengejutkan buat para karyawan,” kata Gunadi serius. Para karyawan yang mendapatkan SMS sehari sebelumnya mencoba menghubungi para pimpinannya, tetapi semua akses ditutup. Keesokan harinya, para karyawan datang ke kantor dan terkejut karena kantor mereka di jaga dua petugas polisi dan pintu masuknya disegel. Ada pengumuman yang mengatakan bahwa seluruh karyawan diminta berkumpul di Bulungan. Untuk keperluan itu, Direktur Personalia telah menyediakan metromini untuk membawa mereka menuju Bulungan, Jakarta Selatan.
Di dalam stadion olah raga Bulungan, para karyawan dengan rasa was-was telah duduk menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya dengan perusahaan mereka. Para pendiri perusahaan, termasuk Gunadi, menyuguhkan wajah yang muram memberi kesan bahwa perusahaan sedang berada dalam keadaan sulit.
Pada saat semua sudah berkumpul, Robby Djohan, salah satu pendiri perusahaan diminta untuk tampil ke podium untuk memberikan penjelasan. Robby Djohan dengan raut muka muram memberikan sambutan.
Robby menjelaskan, perusahaan sedang berada di simpang jalan dan meminta kepada Pimpinan Perusahaan untuk memberi penjelasan . Gunadi dan Eleanor menjelaskan bahwa tidak ada jalan lain kecuali harus terus bekerja keras, kreatif, dan disiplin. Intinya Gunadi dan Eleanor menjelaskan bahwa perusahaan sedang melakukan simulasi dan yang ditutup adalah nama LINTAS.
Hari ini nama perusahaan akan diubah dari LINTAS menjadi LOWE. Dan sejak saat itu, Lintas pun berganti nama dengan LOWE.

Begitu mendengar bahwa inti acara itu hanyalah pemberitahuan perubahan nama dari Lintas ke LOWE, para karyawan pun terharu dan bersorak bertepuk tangan. Namun, masih ada di antara mereka yang sempat menangis terharu.
”Kami harus terus menerus meningkatkan kreativitas dan tidak boleh cepat puas diri. Good is the enemy of the great, kata Gunadi.
Itulah sebabnya ia mengambil slogan yang berbunyi: Creativity Pays. Kreativitas akan menghasilkan sesuatu buat klien dan juga buat diri sendiri.
Menurut Gunadi, seluruh karyawannya harus memiliki mentalitas yang kreatif. Untuk itu, perusahaan memberikan training-training seperti: Berpikir kreatif dan Mentalitas Kreatif.

Tetap di Urutan Pertama
LOWE tahun lalu ketika masih bernama Lintas merupakan perusahaan iklan yang berada di urutan pertama perolehan iklan 2000 dan 2001. Dari sepuluh perusahaan iklan terkemuka, LOWE tahun 2000 meraup belanja iklan sebesar Rp 409 miliar . Urutan kedua adalah Matari yang meraup belanja iklan sekitar Rp 152 miliar. Selanjutnya urutan ketiga Indo Ad dengan hasil sekitar Rp 144 miliar.
Menurut Gunadi, prospek bisnis periklanan di Indonesia tetap saja menarik dan semarak. Kue iklan yang diperebutkan perusahaan-perusahaan periklanan yang dicatat oleh ACNielsen, tahun 2001 adalah sekitar Rp 9,7 triliun. Jumlah ini meningkat tajam dari tahun 2000 yang berjumlah sekitar Rp 7,8 triliun.
”Prospek periklanan Indonesia di masa depan sangat besar. Jumlah penduduk Indonesia yang merupakan negara dengan populasi penduduk nomor empat di dunia, merupakan pasar yang sangat potensial dan menarik banyak investor” kata Gunadi. Ia selanjutnya memprediksi pertumbuhan sektor periklanan akan mencapai lebih dari 20 persen/tahun. Namun khusus 2002 ini, menurut Gunadi diperkirakan hanya sekitar 15 persen.
”Ini antara lain disebabkan masih adanya ketidakpastian di bidang politik dan ekonomi, dan ditambah lagi bencana alam seperti banjir yang melanda Indonesia awal Februari lalu yang merusak jalan-jalan. Kerusakan jalan-jalan mengganggu arus distribusi barang. Selain itu, resesi ekonomi global juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional.” Kata Gunadi yang sudah berkerja di Grup LINTAS selama 28 tahun.

Universitas Periklanan Indonesia
Seandainya ada suatu universitas yang khusus di bidang periklanan, maka Lintas atau sekarang namanya LOWE boleh dibilang salah satunya. Perusahaan ini sejak berdiri 1974 masih berada di bawah PT Unilever dan kemudian berdiri sendiri pada 1983 dengan masuknya Robby Djohan, Soedarpo, dan Idham, telah meluluskan tenaga-tenaga profesional periklanan.
”Kami mendidik sebagian besar sarjana yang baru lulus dan setelah mereka berhasil mendapatkan pengalaman, banyak di antara mereka yang di ”bajak” perusahaan iklan lain” kata Gunadi yang memiliki tiga orang putri. Dari wajahnya yang berseri-seri tersirat rasa bangga karena telah mencetak ahli-ahli periklanan.
”Ya, sekarang banyak di antara mereka telah menjadi pemimpin di perusahaan iklan atau media” tambah Gunadi.
Karena banyak mencetak ahli-ahli periklanan, LOWE sebenarnya layak disebut semacam ”Universitas Periklanan Indonesia.”
Menurut Gunadi, Indonesia masih membutuhkan tenaga-tenaga profesional dalam bidang periklanan, terutama untuk mengantisipasi pertumbuhan bisnis yang setiap tahun bertumbuh. Selain itu juga untuk mengantisipasi globalisasi.
Ia juga menunjuk pada membaiknya perekonomian Amerika Serikat. Jika perekonomian Amerika pulih, ini akan berdampak juga pada perekonomian Indonesia. ”Yang penting pemerintah harus mengambil tindakan yang menuju pada perbaikan,” kata pria yang gemar membaca buku menutup wawancara dengan SH di ruang kantornya.
(audrey g tangkudung
Mengawali Karier dari AE
Gunadi Sugiharso, lahir di Pekalongan, 31 Desember 1944. Ia menikah dengan Juliati Tedjasasmita dan memperoleh tiga orang putri. Yang pertama adalah Arty, kedua Monica, dan bungsu Karina.
Sebenarnya, Gunadi punya obsesi menjadi insinyur, sehingga ia masuk Fakultas Teknik Sipil Universitas Parahyangan, Bandung pada 1963. Tertarik pada dunia iklan dan media komunikasi karena sejak menjadi mahasiswa aktif mengelola majalah mahasiswa..
Pada 1972, bersama beberapa kawan mendirikan biro iklan Publica Advertising di Bandung. Pada saat itu ekonomi masih sulit. Biro iklan Publica belum bisa berkembang sehingga ia hijrah ke Jakarta.
Pada 1974, PT Unilever mencari tenaga Account Executive (AE) dan ia pun melamar. Ia mengikuti tes dan lulus menjadi karyawan LINTAS Jakarta, yang merupakan departemen periklanan Unilever Indonesia.
”Saya akhirnya tertarik pada dunia periklanan. Bidang periklanan relatif masih baru, belum banyak ahlinya. Kalau insinyur kan sudah banyak ahlinya,” kata Gunadi, yang senang dengan olah raga golf dan berwisata petualang. Setelah di LINTAS Jakarta, ia pun mulai berhubungan dengan beberapa produk consummer goods, seperti Johnsons & Johnsons, Bayer, dan Ovaltine, selain produk-produk Unilever.
Pada 1979 hingga 1983 ia ditunjuk menduduki posisi sebagai salah satu Direktur yang menangani bidang media. Dan setelah Lintas keluar dari PT Unilever, beberapa tahun terakhir ini Gunadi menduduki posisi Presiden Direktur dan Chairman Grup Lintas yang kini berubah namanya menjadi LOWE.
sumber :www.tokoh indonesia